Minggu, 14 Januari 2018

Gerbang Ilmu SDIT Alam Nurul Islam Dua

Makin BerIslam dengan Sekolah Alam
oleh Muhammad Ariefuddin
Membina dan Mendampingi anak dalam mengembangkan potensinya menuju berkepribadian Islami dengan keteladanan melalui proses tadabur Al Qur'an dan tafakkur 'Alam adalah merupakan visi Sekolah Alamku Sekolah Alam Nurul Islam. Idealis dan penuh tantangan untuk mencapainya.
 Apalagi di tengah pusaran dinamika kurikulum pendidikan yang selalu berubah dan tidak harmoni menambah energi lagi dalam memecahkan pelik serpihan teka-teki menyusun gambar utuh dari puzzle yang harus disusun menjadi model manusia yang diidealkan visi tersebut.
Apakah manusia yang berhasil mendapatkan nilai ujian tinggi? Bukan, itu hanya bagian kecil serpihan puzzle itu. Manusia sholih yang pendiam tidak neko-neko dan manut bahkan baru bergerak setelah diperintah? Tentu bukan seperti itu kan yang dimaksud kepribadian Islami itu. Lantas?
Memahami, menjalankan dan merenungkan visi tersebut di atas hampir kurang 10 tahun semakin terlihat gambaran utuhnya. Karena selama ini gambaran yang selalu diutarakan adalah gambar masa dahulu umat terbaik jaman Rasulullah SAW. Logika mana yang berani menyangkal? Senyampang di dalam hati masih bingung mendapat konteksnya di kekinian.

Hingga pada titik temu bahwa yang harus dicari adalah cara, metode, how to nya untuk mencapai visi tersebut di atas.Menjalani perjuangan dengan kesendirian itu sungguhlah berat. Satu per satu metode dikumpulkan untuk disusun dalam puzzle agar wajah visi bisa utuh terlihat.Sekolah Alam tentu bukan semata-mata gaya-gayaan nama kan? Harus berkepedulian dengan alam, lingkungan. Mulai cara pakai, olah harus ramah. Tidak merusak. Inspirasinya datang dari komunitas bertani organik di Roemah Organik. Kenapa organik? Allah berfirman "Maha Suci Allah yang menciptakan pasangan-pasangan semua, baik apa di tumbuhkan oleh bumi serta dari mereka maupun dari apa tidak mereka ketahui. (QS.Yasin:36).Di ayat itu menyiratkan bahwa untuk menumbuhkan sesuatu di bumi ini telah dicukupkan Allah kebutuhannya juga di bumi ini. Dari menumbuhkan yang butuh karbondioksida, cahaya matahari hingga dalam pengendalian hama juga sudah dicukupkan di alam. Tidak menggunakan pestisida yang merusak lingkungan dan kesehatan. Berbagai macam jenis makanan kini sudah banyak disintesis produksinya. Akibatnya, banyak penyakit akibat dari makanan, seperti diabetes, gagal ginjal, stroke, kanker. Sehingga kebutuhan makanan yang sehat harus diwujudkan dengan bertani yang sehat pula. Greenlife, atau gaya hidup hijau menjadi pilihan selanjutnya. Sehingga harmonisasi alam akan selalu terjaga. Tumbuhan dikonsumsi, sampahnya diolah menjadi pupuk dan energi dimanfaatkan lagi untuk kehidupan. Bukankah yang demikian ini khalifah fil ardh sejati? Di tengah penjajahan produk yang berbahan bahaya untuk kesehatan tubuh.


Satu era temuan yang sangat membantu dengan munculnya rumusan SIP, Sholih, Ilmuwan dan Pemimpin sebagai kunci panduan untuk mencapai visi. Kunci itu minimal memperjelas siapapun yang terikat dan terkait dengan cita visi Sekolah Alam Nurul Islam.
Outbound sebagai program unggulan sejak awal menjawab metode untuk mengasah kebutuhan pembentukan karakter pemimpin.
Qiroaty, dengan perjalanannya melengkapi puzzle metode untuk mendukung upaya tadabur Al Qur'an.
Kurikulum Integrasi Islam disusun bahkan sebelum JSIT pusat menerbitkan kurikulum Islam terpadu untuk melengkapi kebutuhan pembelajaran integrasi keIslaman.
Kurikulum tematik yang khas meski terjadi perubahan kurikulum pendidikan nasional.
Kurikulum calistung untuk kelas 1-3 sebagai jawaban atas ketidaktuntasan kemampuan literasi siswa bahkan di kelas 6.
Masa Orientasi Siswa yang selalu dilakukan di awal semester jauh sebelum pernah diserukan oleh menteri pendidikan yang waktu itu Anis Baswedan.
Kita butuh komunitas, berjejaring. Selain untuk menepis rasa puas bahwa kita sudah merasa mapan dengan indikator 'sudah nolak siswa' harus diwaspadai bahwa itu adalah semu dan bukan gambar utuh yang diharapkan visi itu.
Berkomunitas, berjejaring akan didapatkan banyak perspektif, filosofi, inspirasi bahkan ke bentuk yang teknis untuk dilakukan dan dicocokkan seberapa pas dijadikan keping puzzle wajah utuh harapan visi itu.
Kita menjadi kenal bagaimana strategi menanamkan akhlaq dan kebiasaan budaya yang kita kembangkan. Yang selama ini orientasinya reward dan punishment, kini lebih elegan dengan kemasan mulai sosialisasi yang menarik dengan teatrikal, lagu, slogan. Mutaba'ah yang terintegrasi di rumah dan menghindarkan punishment.
Cara pandang 'mengembangkan potensi' di visi, kini ditemukan alatnya. Talents Mappingnya Abah Rama Royani sangat membantu dalam memandang dan memandu pengembangan bakat potensi anak, begini petunjuk Allah "Katakanlah: tiap-tiap orang itu beramal menurut syakilah (bakat pembawaannya) masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui orang yang lebih benar dan lebih tepat jalan yang ditempuhnya"_ [QS. Al Isra, 17 : 84]
Dari berjejaring juga kita dapatkan inspirasi dalam menjalin harmoni dengan orang tua/wali siswa. Pemahaman sebelumnya jika pendidikan harus terpadu di sekolah dan di rumah sering didapati konflik. Orang tua yang kurang memahami konsep sekolah, atau sekolah yang miskomunikasi dengan orang tua. Konsep Home Education nya Ust. Harry Santosa kiranya jadi pilihan yang tepat untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Dengan konsep CBE, Community Based Education, setiap keluarga diinisiasi menjadi unit pembelajar menjadi orang tua ideal. Dari ust. Hary juga kita dapat cara pandang yang menyegarkan menapaki fase perkembangan anak dengan Fitrah Based Educationnya, sehingga dipastikan setiap anak mendapati kematangan aqilnya seiring dengan balighnya.
Dalam pemberdayaan komunitas, inspirasinya datang dari Sekolah Alam Bogor. Bagaimana komunitas orang tua dan stake holder digerakkan dan diberdayakan seperti zakat, produksi dengan bahan daur ulang.
Alhamdulillah, satu per satu serpihan puzzle terkumpul dan disatukan. Kini visi itu sudah mulai jelas mendapatkan konteksnya di kekinian.

Sumber : https://www.facebook.com/muhammad.ariefuddin?hc_ref=ARSt5gUZCh0MJHM4dDtlAYcpRwyPE4-g5pNXFqGO8aeE6tlX-8KSZBDlMIFuAtkBwaE&fref=nf&pnref=story